Selasa, 12 Juli 2011

Memoar Muhibah Dakwah (001) Jangan Jadi Orang Rumah!



“Jangan jadi orang rumah”, itulah kata yang Ana lontarkan pada waktu memberikan penjelasan mengenai bagaimana seorang dai itu harus selalu sigap dalam menjalankan tugas dakwah ini. Aku rindu dengan zahrah anak Ana yang ada  di  Pekanbaru sana.

Beberapa hari ini ia men-SMS Ana. “Ba Zahra kangen sama Aba, Aba sehat-sehat ajakan? Ba zahra sayang aba ): Aba sayang zahra? ):” Ia memang masih anak-anak dan memang sifat anak-anak selalu begitu. Ku yakinkan padanya bahwa ini adalah perjuangan. Ini adalah kebaikan sesuai dengan pemikiran kanak-kanaknya. Walaupun sesungguhnya aku rindu dan teramat rindu.

Ana balas ungkapan kasih dan cinta mereka semua dengan menyatakan,”Ws makasih, Aba sayang zahrah, ummi dan semua, jangan lupa ngaji dan shalat, bantu ummi ya, jazakillah.”

Orang rumah dalam bahasa Kampar artinya isteri. Ya, istri memang lebih banyak tinggal di rumah. Sehingga kalau aktivis dakwah tidak mau keluar untuk dakwah dengan alasan pekerjaan yang menumpuk, anak isteri yang susah ditinggalkan maka memang pantas rasanya di lekatkan sebagai orang rumah.

Bukan bermaksud menyinggung masalah gender saya mengatakan bahwa orang rumah itu adalah istri yang selalu tinggal di rumah. Bukan itu... ini hanyalah sebuah istilah untuk melecut diri para dai untuk selalu bersemangat saja tidak ada maksud yang lainnya.

Memang dalam perjalan muhibah dakwah kali ini, Ana baru saja pulang Umrah, bersama anak dan istri. Baru 4 jam di rumah kami berangkat lagi dengan di temani Akh Eddy Syahrizal.

Bahkan saya mengetahui dari Akh Eddy, “Ust! Nenek protes, kamu ini, anakku baru saja pulang sudah di bawa pergi lagi.” Saya hanya tersenyum saja. Tapi di dalam hati Ibunda, saya sangat yakin ia meridhai kepergianku kali ini. Karena saya selalu mendahulukan beliau dari apapun. Bahkan ketika saya merasakan suasana perasaan yang lain. Saya selalu meneleponnya dan minta doanya.

Sekali lagi para kader dakwah, baik yang ikhwan ataupun akhwat jangan jadi orang rumahan. Masih banyak sekali manusia yang membutuhkan sentuhan cinta para dai. Sehingga nanti cinta yang kita berikan kepada mereka menjadi Jalan Hidayah bagi mereka, Amien.

(Kamar 431, Comfort Hotel, Tanjung Pinang. 11 Sya’ban 1432 H/ 13 Juli 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar