Minggu, 03 Juli 2011

HAKIKAT UKHUWAH (PERSAUDARAAN)

HAKIKAT UKHUWAH (PERSAUDARAAN)
(Tabligh Akbar di Markaz Islami Al-Ihsan Bangkinang)


Sungguh Islam telah memberikan perhatian penuh akan adanya ikatan yang kuat pada sendi-sendi ukhuwah yang melahirkan di dalamnya cinta karena Allah SWT, dan menjadikan ukhuwah sebagai sarana pemersatu jiwa dan hati dan merupakan dasar pokok-pokok keimanan yang tidak akan terealisasi kecuali dengan keberadaannya; bahkan dijadikan sebagai ikatan yang paling erat dari pokok-pokok keimanan dan kesempurnaan nilai-nilainya.

Allah SWT berfirman:
“Hanyalah orang-orang beriman yang memiliki ukhuwah.” (Al Hujurat: 10)

dan Nabi SAW bersabda:
“Seorang muslim adalah saudara dengan muslim lainnya, tidak boleh menzaliminya, tidak membiarkannya, tidak merendahkannya dan tidak menghinakannya.” (Muttafaq’alaih)

Dan Nabi SAW juga bersabda:
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang, cinta kasih dan empati adalah seperti satu tubuh, jika salah satu dari tubuhnya mengadu pada suatu penyakit maka anggota tubuh lainnya akan merasa sakit dan begadang.” (Muttafaq’alaih)

Ukhuwah, merupakan salah satu dasar perbaikan sosial secara universal yang dibawa oleh Islam; dan hendaklah diproklamirkan adanya ukhuwah di tengah umat manusia.


Makna Ukhuwah
Imam Hasan Al Banna (semoga Allah merahmatinya) berkata:
”Yang saya maksud dengan ukhuwah adalah: mengikatnya hati-hati dan jiwa-jiwa ini dengan ikatan aqidah, dan aqidah merupakan ikatan yang paling kokoh dan paling mahal harganya, dan ukhuwah adalah saudara keimanan, sementara perpecahan adalah teman dari kekufuran, kekuatan yang utama adalah persatuan dan tidak ada persatuan tanpa adanya cinta, dan cinta paling rendah adalah lapang dada, sementara yang paling tinggi adalah itsar.”

”Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan, dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al Hasyr: 9)

Saudara yang jujur adalah yang melihat saudaranya lebih utama daripada dirinya sendiri; karena jika tidak dengan mereka maka dirinya tidak bersama dengan yang lainnya, dan jika mereka tidak bersama dengannya maka mereka akan bersama dengan yang lainnya.

”Sesungguhnya serigala akan makan domba yang tersesat sendirian.” (Abu Daud dan ditashih oleh Ibnu Hibban dan Al Hakim)

Dan Nabi SAW bersabda:
“Seorang mukmin terhadap mukmin yang lainnya seperti bangunan, saling memperkokoh sebagiannya dengan sebagian yang lainnya.” (Muttafaq’alaih)

“Dan orang-orang beriman laki-laki dan wanita sebagian mereka menguatkan sebagian lainnya.” (Qt-Taubah: 71)


Demikianlah yang seharusnya terjadi
Ukhuwah adalah inti vital dari agama, setiap muslim hendaknya terus berambisi dan bersemangat untuk mewujudkan ukhuwah yang benar dan sempurna di antara mereka, bersungguh-sungguh untuk tidak memperkeruh kemurnian dan kesucian hubungan mereka sedikitpun, menyadari bahwa ukhuwah dalam agama adalah sebaik-baik sarana yang dapat mendekatkan diri dengannya kepada Allah, dan tetap memelihara kemuliaan derajat yang tinggi, dan oleh karena itu mereka juga berambisi untuk selalu memperhatikan hak-haknya sehingga mampu membersihkan hal-hal yang dapat membuat keruh dan dari bisikan-bisikan syeithan, dan para ulama telah menjadikan serendah-rendahnya derajat ukhuwah adalah berinteraksi dengan saudaranya dengan apa yang dicintai dalam berinteraksi dengannya.

Dan di antara hak-hak ukhuwah adalah sabar terhadap kesalahan saudaranya sampai dirinya mampu mengembalikannya pada kebenaran tanpa dibesar-besarkan (publikasi) akan kesalahannya atau menyebarkan kesalahan dan kekeliruannya.

Abu Darda berkata:
“Jika saudara Anda berubah dan bertingkah dari apa dalam dirinya maka janganlah ditinggal karena hal tersebut; karena boleh jadi saudara Anda bengkok (salah) pada suatu saat namun lurus kembali pada saat yang lain.”

Ibrahim An-Nakha’i berkata:
”Janganlah engkau memutus hubungan saudara atau meninggalkannya di sisi serigala, karena boleh jadi suatu kali dirinya salah namun esoknya dapat ditinggalkan.”

Dalam atsar yang lain disebutkan:
”Nabi Isa berkata kepada Al-Hawariyyun: ”Bagaimana kalian memperlakukan saudara kalian jika melihatnya tidur lalu angin bertiup dan menyingkap pakaiannya? Mereka menjawab: ”Akan kami singsingkan bajunya dan menutupinya.” Nabi Isa: ”Namun kalian akan menyingkapkan auratnya!” Mereka berkata: ”Maha Suci Allah! Siapakah yang melakukan demikian? Beliau berkata: ”Salah seorang dari kalian yang mendengar ucapan tentang saudaranya kemudian ditambah-tambah olehnya dan disebarkannya dengan sesuatu yang lebih darinya.”

Dan bahkan pada saat berbeda pendapat dengan saudaranya, maka ikatan ukhuwah harus mampu melindungi mereka dari terjadinya saling membuka aib, atau menyebarkan syubhat, atau membuat cerita bohong, dan hendaknya mereka memelihara ungkapan seorang ulama fiqih iman Syafi’i rahimahullah:
”Orang yang merdeka adalah orang yang mampu melindungi kasih sayang sesaat, dan loyal pada orang yang memanfaatkan ucapannya.”

Disebutkan: Jika terjadi ghibah maka hilanglah ukhuwah. Begitu indah dan lembut ungkapan seorang salaf yang menyampaikan nasihat kepada saudaranya yang meninggalkan dirinya:

Sampaikanlah kepada saya; saya telah jahat seperti yang engkau katakan
Karena itu, dimanakah kasih sayang dalam ukhuwah?
Atau jika Anda jahat sebagaimana aku jahat
Maka, dimanakah karuniamu dan kasih sayangmu?

Dan bukanlah bagian dari akhlak seorang saudara ketika selalu membeberkan sebab-sebab aib pada saat berbeda pendapat dari saudaranya atau yang lainnya, atau berusaha meremehkan kelebihannya, atau menghian perbuatan dan pemberiannya. Al Faruq Umar bin Khattab memberikan satu nasihat: ”Janganlah cintamu dijadikan sebagai beban, dan jangan jadikan pula marahmu sebagai kehancuran.” Kemudian ada yang bertanya: ”Bagaimanakah maksudnya? Umar berkata:
”Jika Anda mencintai jangan berlebihan seperti cintanya seorang bayi pada sesuatu secara berlebihan, dan jika Anda marah jangan membuat Anda senang hancurnya saudara Anda dan celaka.” (Bukhari dalam kitab Adab)

Hasan bin Ali berkata:
”Janganlah Anda berlebihan dalam mencintai sesuatu, dan jangan pula berlebihan dalam membenci sesuatu, dan barang siapa yang menemukan pada saudaranya tanpa sitar (penutup) maka janganlah disingkap lagi.” (Abdul razaq)

Dan di antara hak-hak ukhuwah adalah memberikan nasihat dengan adab-adab syar’i; jangan diumbar di depan umum, jangan disakiti di hadapan khalayak ramai dan pada suatu lembaga, dan jangan diungkap rahasia dirinya, jangan dibuat-buat dan dusta, tidak ada pembenaran penggunaan segala cara terhadap suatu kesalahan, tidak ada mujamalah (berlagak baik) dalam menghitung suatu kebenaran, tidak cenderung pada sakit hati, dan pemenangan hawa nafsu, namun harus dengan nasihat yang aman dan benar serta jujur, bebas dari tuduhan, ditunaikan sesuai dengan amanah, diiringi dengan kasih sayang, dan menumbuhkan perasaan ukhuwah.

Ukhuwah adalah rahasia dakwah Islam
Sesungguhnya hak-hak ukhuwah adalah sebuah batu yang mampu menghancurkan gelombang konspirasi dan usaha menguasai dakwah Islam yang penuh berkah ini, dan ia merupakan titik awal sebuah kemenangan.

”Dan jika mereka bermaksud menipumu, Maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu), Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman), walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.” (Al-Anfal: 62-64)

Sungguh Nabi SAW telah memaklumatkannya dengan jelas dan gamblang:
”Jauhilah kalian akan buruk sangka, karena buruk sangka adalah sedusta-dustanya ucapan, dan janganlah kalian saling menduga-duga, jangan saling mengintai, jangan saling hasad, jangan saling berkonspirasi, jangan saling benci (marah), namunjadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara.” (Muttafaq’alaih)

Umat Islam di masa awal memahami dari Islam akan makna ukhuwah ini, merasuk dalam aqidah dan agama Allah secara kekal akan perasan cinta dan bersatu serta kasih sayang, dan fenomena yang paling mulia adalah ukhuwah dan ta’aruf, sehingga seakan mereka menjadi sosok yang satu, satu hati, satu tangan, maka Allah pun mewujudkan pada mereka kemenangan, kemuliaan dan kejayaan.




H. Sofyan Siroj, Lc. MM
Direktur Qolbu Re-engineering
www.klikqr.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar