KEKUASAAN
EFEKTIF
Oleh:
Sofyan Siroj, Lc.MM
“Segenggam
kekuasaan lebih efektif dari pada sekeranjang kebenaran” mungkin kita pernah
mendengar ungkapan ini. Hal ini
disebabkan kekuasaan adalah sebuah lembaga, sistem yang terorganisir dengan
baik serta dilindungi oleh perangkat-perangkat
aturan. Sehingga ia menjadi begitu kuat untuk memaksa siapa saja. Dengan kekuatan tersebut kekuasaan boleh jadi mengabaikan kebenaran
bahkan meninggalkannya. Bagaimana
kebenaran ditinggalkan bahkan diinjak-injak oleh kekuasaan dapat kita lihat
dalam berbagai episode sejarah masa lalu bahkan pada masa sekarang.
Dalam sejarah negeri kita beberapa waktu
sebelum reformasi, menyuarakan pendapat adalah tindakan subversive, melawan
pemerintah. Begitu juga, jika ada yang berani mengkritik kebijakan-kebijakan
pemerintah maka ia ‘berhak’ dihilangkan.
Begitu juga dengan Amerika, ia begitu pongah dengan kekuasaan yang dimiliki,
walau jutaan bahkan miliaran penduduk dunia menentang agresinya ke Irak ia
tetap tak bergeming sedikitpun, Irak dibuat porak-poranda. Penentangan terhadap
perang tanpa alasan adalah sebuah kebenaran, tetapi kebenaran itu diabaikan dan
tidak dipandang sebelah mata.
Tidak
bisa dipungkiri kekuasaan memiliki kekuatan yang sangat kuat untuk melindas apa
saja yang menghadangnya. Ini pula yang mendasari banyak orang untuk
habis-habisan agar sampai di puncak kekuasaan. Kekuasaan ibarat sebuah senjata
yang mematikan, dan untuk itu diperlukan orang yang sehat, dewasa, dan jiwa
yang stabil untuk memegang kekuasaan tersebut. Jika tidak, maka kekuasaannya akan melahirkan penderitaan
yang tak berkesudahan.
Sebab
itu keshalehan seorang pemimpin menjadi suatu yang tidak bisa ditawar-tawar.
Karena keshalehan sekaligus adalah tauladan bagi masyarakat dan umat yang
dipimpinnya. Karena keshalehan memiliki makna semua kebaikan.
Allah
SWT berfirman,“…Jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang bertaqwa” (Al-Furqan
: 74) Dalam ayat ini para pemimpin diajarkan untuk senantiasa berdoa supaya orang yang
dipimpinnya adalah orang-orang yang bertaqwa. Tentu ketaqwaan tersebut harus
dimulai dari diri sang pemimpin agar dapat ditiru oleh umat. Karena umat yang
bertaqwa sama sekali tidak pantas dipimpin oleh pemimpin yang zalim, dan
pemimpin yang zalim juga tidak akan pernah mampu berdoa seperti itu.
Sehingga
dengan demikian kekuasaan menjadi betul-betul efektif untuk menegakkan
nilai-nilai kebenaran. Jika umat dan pemimpinnya sudah sama-sama bertaqwa,
tentu hak semua orang akan tertunaikan dan tidak ada yang terzalimi. Kekuasaan
dan kebenaran berjalan seiring. Sehingga ungkapan “Segenggam kekuasaan lebih
efektif dari pada sekeranjang kebenaran” tidak diperlukan lagi. Kekuasaan adalah
kebenaran dan kebenaran adalah kekuasaan. Inilah yang disebut dengan masyarakat
madani. Wallahu a’lam bishshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar