Rabu, 27 Januari 2016

KEKUASAAN EFEKTIF



KEKUASAAN EFEKTIF
Oleh: Sofyan Siroj, Lc.MM





“Segenggam kekuasaan lebih efektif dari pada sekeranjang kebenaran” mungkin kita pernah mendengar ungkapan ini.  Hal ini disebabkan kekuasaan adalah sebuah lembaga, sistem yang terorganisir dengan baik serta dilindungi oleh perangkat-perangkat  aturan. Sehingga ia menjadi begitu kuat untuk memaksa siapa saja.  Dengan kekuatan tersebut  kekuasaan boleh jadi mengabaikan kebenaran bahkan meninggalkannya.  Bagaimana kebenaran ditinggalkan bahkan diinjak-injak oleh kekuasaan dapat kita lihat dalam berbagai episode sejarah masa lalu bahkan pada masa sekarang.

 Dalam sejarah negeri kita beberapa waktu sebelum reformasi, menyuarakan pendapat adalah tindakan subversive, melawan pemerintah. Begitu juga, jika ada yang berani mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah maka ia ‘berhak’ dihilangkan.  Begitu juga dengan Amerika, ia begitu pongah dengan kekuasaan yang dimiliki, walau jutaan bahkan miliaran penduduk dunia menentang agresinya ke Irak ia tetap tak bergeming sedikitpun, Irak dibuat porak-poranda. Penentangan terhadap perang tanpa alasan adalah sebuah kebenaran, tetapi kebenaran itu diabaikan dan tidak dipandang sebelah mata.


Tidak bisa dipungkiri kekuasaan memiliki kekuatan yang sangat kuat untuk melindas apa saja yang menghadangnya. Ini pula yang mendasari banyak orang untuk habis-habisan agar sampai di puncak kekuasaan. Kekuasaan ibarat sebuah senjata yang mematikan, dan untuk itu diperlukan orang yang sehat, dewasa, dan jiwa yang stabil untuk memegang kekuasaan tersebut. Jika tidak,  maka kekuasaannya akan melahirkan penderitaan yang tak berkesudahan.
Sebab itu keshalehan seorang pemimpin menjadi suatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Karena keshalehan sekaligus adalah tauladan bagi masyarakat dan umat yang dipimpinnya. Karena keshalehan memiliki makna semua kebaikan. 

Allah SWT berfirman,“…Jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang bertaqwa” (Al-Furqan : 74) Dalam ayat ini para pemimpin diajarkan untuk  senantiasa berdoa supaya orang yang dipimpinnya adalah orang-orang yang bertaqwa. Tentu ketaqwaan tersebut harus dimulai dari diri sang pemimpin agar dapat ditiru oleh umat. Karena umat yang bertaqwa sama sekali tidak pantas dipimpin oleh pemimpin yang zalim, dan pemimpin yang zalim juga tidak akan pernah mampu berdoa seperti itu.

Sehingga dengan demikian kekuasaan menjadi betul-betul efektif untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran. Jika umat dan pemimpinnya sudah sama-sama bertaqwa, tentu hak semua orang akan tertunaikan dan tidak ada yang terzalimi. Kekuasaan dan kebenaran berjalan seiring. Sehingga ungkapan “Segenggam kekuasaan lebih efektif dari pada sekeranjang kebenaran”  tidak diperlukan lagi. Kekuasaan adalah kebenaran dan kebenaran adalah kekuasaan. Inilah yang disebut dengan masyarakat madani. Wallahu a’lam bishshawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar