Semua muslim hari ini dipastikan telah mengucapkan
syahadat sebagai gerbang untuk masuk ke dalam agama Islam. Tinggal bagaimana
menguak dan mendalami makna yang dikandung oleh syahadat tersebut. Sebagai seorang muslim seharusnya kita telah memahami apa yang menjadi
arti syahadat dan menjadikannya sebagai titik perubahan.
Sejak dulu hingga hari
ini jika manusia diajak untuk berpindah kepada Islam mereka akan senantiasa
bertanya, Apa yang saya dapatkan dalam Islam? Apakah saya akan memperoleh
kebahagiaan ? Selalu saja pertanyaan seperti itu muncul. Kesalahan yang sering
dilakukan umat Islam adalah mereka berhenti pada mengucapkan syahadat. Syahadat
hanya pelengkap identitas untuk bisa disebut sebagai seorang muslim. Banyak
yang tidak tahu tentang Islam sama sekali bahkan yang paling dasar sekalipun.
Bahkan untuk melafalkan kembali syahadat (yang dulu pernah diucapkan) sudah
cukup membuat kerepotan. Kondisi ini adalah kondisi mustahil menemukan
kebahagiaan dalam Islam. Serta mustahil umat Islam menjadi pemimpin peradaban (trendsetter) yang menjadi rujukan semesta.
Selaras dengan yang diproklamirkan Islam rahmatan
lil’alamin.
Padahal,
mempelajari Islam sesungguhnya adalah mempelajari kebahagiaan. Kebahagiaan
dunia yang ditandai dengan khusyuknya kita beribadah kepada Allah SWT. Dalam
al-Qur’an, syarat khusyuk ada dua hal ; tidak ada rasa lapar, dan tidak ada
pula rasa takut. Kondisi inilah yang disebut dengan sejahtera, aman dan
tenteram. Dalam keadaan begini seorang manusia bisa beribadah dengan sangat baik.
Keyakinan akan pertolongan dan keputusan yang ditetapkan Allah SWT akan membuat
hati seorang muslim menjadi tenang.
Syahadat adalah
pintu gerbang untuk berislam. Sehingga tidak bisa dikatakan berperilaku islami jika
syahadat belum diikrarkan, sebaik apapun perilaku tersebut. Abu Thalib adalah
contohnya, paman nabi Muhammad SAW, ia melakukan segala macam cara melindungi Rasulullah
dan dakwahnya. Namun sampai akhir hayat ia tidak mengucapkan syahadat.
Sehingga segala amal yang dilakukan Abu Thalib menjadi sia-sia. “ Dan kami perlihatkan kepada mereka segala
amal yang mereka kerjakan. Lalu kami menjadikan amal itu (bagaikan) debu yang
berterbangan” (Qs. Al-Furqan :23)
Begitulah
amal-amal orang kafir, diakui oleh Allah SWT. Disebabkan mereka tidak berislam maka
amal kebaikan mereka menjadi tiada berguna.
Bagi yang telah
mengikrarkan syahadat, seharusnya syahadat menjadi titik balik dan awal perubahan
kepada yang lebih baik. Untuk menjadikan
syahadat sebagai titik awal perbahan maka pemahaman dan pendalaman makna
syahadat mutlak dilakukan. Melihat kemaksiatan dan kejahatan banyak dilakukan
oleh orang yang mengaku beragama Islam, ini merupakan suatu pertanda bahwa mereka tidak memahami
benar makna syahadat yang diucapkan.
Syahadat juga
disebut sebagai ringkasan ajaran Islam. Kalimat pertama, Aku bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah, ini adalah ikrar bahwa manusia tidak akan
menyembah ilah selain Allah. Dan
segala amal yang dilakukan di dunia ini hanya untuk Allah SWT.
Ulama dahulu
menyebut kalimat ini sebagai kalimat ikhlas, artinya dengan kalimat ini kita
mengikhlaskan segala perbuatan, ibadah yang kita lakukan hanya untuk Allah SWT.
Bahkan surat yang mengenalkan kita pada
nilai-nilai tauhid disebut juga dengan surat
al- Ikhlas.
Kalimat kedua
dalam syahadat adalah muhammadurrasulullah
artinya syarat kita menyembah dan beribadah harus seperti yang dicontohkan
Rasulullah saw. Ibadah yang diterima
oleh Allah adalah ibadah dilandasi rasa ikhlas serta dicontohkan oleh
Rasulullah saw.
Syahadat adalah
sebuah ikrar keyakinan dan kesungguhan untuk menjadikan Allah sebagai Tuhan
yang diibadahi sesuai dengan yang diajarkan Rasul-Nya Muhammad SAW.
Dengan pemahaman
ini seharusnya seorang muslim akan mengorientasikan seluruh hidupnya hanya
untuk Allah SWT. Sehingga ia bisa memperoleh ganjaran surga manakala telah
meninggalkan dunia.
Namun mengakui Allah
sebagai satu-satunya zat yang wajib disembah akan tetapi tata caranya salah
maka salah pula secara keseluruhan. Cara penyembahan harus benar, sebab jika
salah kita bisa terjebak untuk menjadi seorang musyrik. Misalkan seseorang yang
menyembah Allah namun melakukannya melalui perantara maka ia tergolong musyrik.
Suatu ketika dalam
perjalanan menuju perperangan Khaibar Rasulllah bertemu dengan seorang
pengembala. Pengembala itu didakwahinya sehingga ia memutuskan untuk ikut
dengan Rasulullah dan ikut berperang. Dalam perjalanan ia bertanya kepada
Rasulullah, “ Kalau Aku meninggal dalam perperangan nanti apa yang akan saya
dapatkan?” Rasulullah menjawab, “Engkau akan mendapatkan surga”. Laki-laki itu berujar, “ Ya
Rasulullah aku masuk Islam bukan karena apa-apa, hanya disebabkan kebenaran
yang dibawa Rasulullah, dan aku menginginkan kematian dengan cara panah
menembus leher.
Benar saja,
setelah perperangan selesai. Pengembala tersebut ditemukan dengan leher
tertembus anak panah. Rasulullah menyebutkan bahwa laki-laki tersebut adalah
pengembala yang baru saja masuk Islam dan ia akan dimasukkan ke surga.
Padahal belum satu
sujud ia lakukan, belum satu ruku’ pun ia tunaikan apalagi satu rakaat shalat.
Tapi Allah SWT memberikan ganjaran yang luar biasa kepadanya, surga. Itu semua
disebabkan keimanan yang dimilikinya utuh. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan La ilaa illa
Allah, ia akan masuk surga tentu saja yang dimaksud oleh hadits ini
syahadat yang diyakini sepenuh hati dan menjalankan semua konsekuensinya.
Bandingkan dengan
kita yang telah menjadi muslim semenjak lahir, sujud dilakukan setiap hari, rukuk
juga tidak pernah berhenti. Belum tentu surga akan kita dapatkan karena
keimanan kita tidak utuh. Keimanan yang utuh adalah keimanan yang tidak
mengandung ragu sedikitpun sehingga seseorang bisa sedekat-dekatnya dengan
Allah SWT dengan cara menjawab segala seruan Allah SWT. Sehingga kita tergolong
menjadi muslim yang taat dan berhak memperoleh surga. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar