Bagi
sebagian orang, biasa saja, bahkan sangat biasa manakala dosa dilakukan. Padahal
tidak terhitung berapa banyak kesalahan
yang telah diperbuat. Ada kadar kesalahannya kecil namun cukup menggelisahkan,
ada pula kesalahan besar dianggap angin lalu. Seperti yang
digambarkan Rasulullah saw antara orang beriman dan orang munafik saat melihat
dosa yang telah dilakukan. Orang yang beriman melihat dosa bagai melihat gunung
yang siap menimpanya sedangkan orang munafik melihat dosa seperti melihat
seekor lalat yang hinggap dihidungnya kemudian ditepis dengan tangannya.
Sudah
menjadi takdir manusia sejak pertama kali diciptakan. Ada daya tarik menarik
antara kebaikan dan keburukan. Sifat khilaf dan lupa adalah bagian penyempurna
seseorang untuk disebut manusia. Jika manusia tidak pernah salah maka ia
bukanlah manusia tetapi malaikat begitu juga sebaliknya jika selalu salah dan
membangkang maka ia juga bukan manusia tetapi iblis. Manusia berada diantara
keduanya.
Karena Allah
SWT tahu manusia akan sering melakukan kesalahan maka Allah SWT sediakan pintu
taubat untuk menghapus kesalahan-kesalahan tersebut. Tanpa itu manusia akan
berkubang dalam lumpur dosa. Selamanya.
Orang yang
bertaubat sesungguhnya adalah orang yang
tahu dan mengenal dirinya dengan baik begitu juga dengan Dzat yang telah menciptakannya.
Semakin seseorang mengenal dirinya maka semakin kenal pula ia dengan Allah SWT.
Adalah Rasulullah saw sepanjang siang dan malam mengisi waktunya dengan taubat
kepada Allah SWT. Padahal ia adalah manusia yang ma’sum (terbebas dari dosa),
hal ini dikarenakan Rasulullah adalah manusia yang sangat mengenal dirinya
dibandingkan dengan manusia lain sepanjang sejarah.
Selain untuk
menghapus dosa yang telah dilakukan, taubat juga merupakan zikir kepada Allah
SWT sehingga taubat yang benar melahirkan ketenangan jiwa. ”Alaa bidzikrillahi
tathmainnul qulub” ( dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram). Dan
kebahagiaan sesungguhnya adalah tenteramnya jiwa. Ketenteraman akan datang
manakala hilangnya rasa ketakutan, kegelisahan. Rasa takut dan gelisah adalah
buah dari perbuatan dosa yang telah dilakukan. Kegelisahan dan ketakutan saat
melakukan dosa merupakan pertanda radar hati kita masih berfungsi. Betapa
banyak orang ketika melakukan dosa namun ia terlihat ’tenang’ hal ini
menandakan hatinya telah mati. Allah SWT telah menutup rapat hati mereka dari
kebenaran dan Allah membiarkan mereka dalam kesesatan.
Merupakan
sebuah kebohongan jika seseorang mengatakan ia mencintai Allah SWT namun ia
tidak bertaubat. Karena salah satu bukti seseorang mencintai Allah adalah taubat
yang ia lakukan. Seorang pencinta tidak akan mau melakukan kesalahan sekecil
apapun kepada yang dicintainya namun jika kesalahan terlanjur dilakukan, segala
daya dan upaya akan dilakukan untuk memperoleh sepotong maaf dan ampunan. Allah
SWT berfirman :
” Dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung
( An-Nur : 31)
Merasa
berdosa jauh lebih baik dari pada merasa bersih. Karena orang yang merasa
melakukan dosa akan berusaha untuk memperbaiki kesalahan yang telah ia lakukan.
Sebaliknya orang yang merasa tidak merasa berdosa ia tidak merasa perlu untuk
memperbaiki apapun. Padahal tidak
satupun manusia yang luput dari kesalahan. Bertaubat adalah proses membersihkan
kesalahan, bertaubat adalah dzikir, taubat adalah lambang cinta kepada Sang
Pencipta, bertaubat adalah jalan kebahagiaan dan keberuntungan. Wallahu a’lam
bishshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar