Selasa, 23 November 2010

PENYUCIAN HATI



Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri.” (QS. Asy-Syams: 9). Dalam hal ini, membersihkan diri dari akhlak tercela. Oleh karena itu perlu diketahui beberapa pokok akhlak yang tercela:

1.     Rakus Makan
Lambung merupakan sumber syahwat. Darinya timbullah nafsu berahi. Kemudian, jika nafsu makan dan berahi sudah menguasai, maka timbullah keserakahan terhadap harta. Demi mendapatkan harta, maka muncullah nafsu kehormatan. Ketika harta dan kehormatan sudah diraih, maka bermunculanlah semua penyakit seperti sombong, riya, iri, dengki, dan permusuhan.
Sesungguhnya lapar memiliki manfaat, seperti:

Pertama, menjernihkan hati dan menuntun kearifan. Sedangkan kenyang mendatangkan kemalasan dan membutakan hati. Kedua, melembutkan hati hingga dapat merasakan kelezatan munajat dan mendapat pengaruh zikir dan ibadah. Ketiga, menundukkan jiwa dan menghilangkan kesombongan dan kelaliman dari hati. Keempat, ujian adalah salah satu pintu surga. Kelima, menghancurkan nafsu maksiat. Keenam, meringankan badan untuk melaksanakan tahajud dan ibadah serta menghilangkan kantuk yang menjadi penghalang ibadah. Ketujuh, melemahkan nafsu, merasa cukup dengan sedikit harta dunia, dan mampu mengutamakan orang miskin.

2.     Keserakahan Bicara
Sesungguhnya tindakan seluruh anggota tubuh berpengaruh pada hati. Beberapa penyakit yang menimpa lidah manusia yaitu:

Pertama, dusta. Dusta adalah perbuatan haram kecuali dalam tiga hal: seseorang yang berkata-kata untuk mendamaikan, berkata-kata ketika perang, dan seseorang yang memuji istrinya. 

Kedua, menggunjing. Batasan menggunjing adalah engkau membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang dia tidak senang andaikata tersampaikan kepadanya, walaupun engkau benar. Mengunjing dibolehkan dalam enam hal. Pertama, orang yang dizalimi ketika mengadukan kezaliman orang yang zalim kepada penguasa untuk menghentikan kezalimannya. Kedua, orang yang dimintai tolong untuk mengubah kemungkaran diperbolehkan untuk memperdengarkan gunjingan kepadanya. Ketiga, pencari fatwa bila dia perlu mengungkapkan pertanyaan. Keempat, memperingatkan seorang muslim dari kejahatan seseorang. Kelima, dikenal dengan nama yang mengandung aib, seperti A’raj (pincang), akan tetapi mengubah ke nama lain itu lebih baik. Keenam, orang yang terang-terangn menampakkan aibnya dan tidak malu untuk disebut-sebut.

Nabi SAW bersabda, ”Sesungguhnya menggunjing itu lebih cepat membakar kebaikan seorang hamba daripada api membakar sesuatu yang kering.”
Ketiga, perbantahan dan perdebatan. Batasan perbantahan adalah menentang pernyataan orang lain dengan menonjolkan kelemahannya, baik dalam redaksi maupun dalam makna.
Keempat, senda gurau. Senda gurau yang berlebihan menyebabkan banyak tertawa, mematikan hati, menyebabkan kelemahan, dan menjatuhkan kharisma dan wibawa.
Kelima, pujian. Dalam pujian terdapat enam penyakit. Penyakit pada yang memuji adalah pertama, kadang-kadang ia akan menjadi pendusta karena berlebihan dalam memuji. Kedua, kadang-kadang menjadi munafik yang riya’. Ketiga, ia akan menjadi orang yang serampangan dalam berkata-kata, dan keempat ia bisa saja akan menggembirakan orang-orang yang zalim. Sedangkan bagi yang dipuji, pertama memunculkan kesombongan diri dan kedua, ia akan gembira sehingga melemahkan kerjanya dan senang dengan dirinya.

3.     Marah
Yang dilakukan terhadap marah ini adalah pertama, menghancurkannya dengan latihan, yaitu dengan membiasakan sikap sabar. Kedua, menekan marah ketika ia menyerang dan menahan diri, yang dibantu dengan ilmu dan amal.

4.     Dengki
Rasulullah SAW bersabda, ”Dengki (iri) dapat melahap kebaikan, seperti api melahap kayu bakar.” Ada dua hal berkenaan dengan penyakit ini, pertama, jangan menampakkan kedengkian dengan kata-kata, anggota badan, dan perbuatan yang bersifat disengaja.

5.     Kikir dan cinta harta
Allah SWT berfirman, ”Dan siapa saja yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. 59: 9). Batasan kikir adalah tidak memberikan sesuatu yang diwajibkan oleh syariat atau oleh sifat muru’ah (kehormatan diri). Penyembuh sifat kikir adalah dengan ilmu dan amal. Adapun dengan ilmu adalah mengetahui bahaya dari kikir berupa kehancuran di akhirat dan celaan di dunia. Adapun dengan amal adalah mampu mengendalikan diri untuk membelanjakan harta dengan pemaksaan dan latihan sehingga menjadi kebiasaan.

6.     Ambisi dan cinta kedudukan
Hakikat kedudukan adalah menguasai hati orang lain, supaya tunduk kepada pemilik kedudukan sesuai dengan keinginannya, dan agar mengucapkan kata-kata berisi pujian atasnya serta berusaha agar segala kebutuhannya dipenuhi. Kedudukan bermakna tinggi hati, kesombongan dan kemuliaan.

7.     Cinta Dunia
Semua bagian yang engkau miliki sebelum kematian, maka ia adalah duniamu, kecuali ilmu, makrifat, dan kebebasan. Termasuk dalam semua urusan dunia adalah seluruh perusak batin yang berupa dengki, sombong, iri, riya’, kemunafikan, bermegah-megah, berbanyak-banyak, cinta dunia, dan suka pujian. Nabi Isa as berkata, ”Cinta dunia dan cinta akhirat tidak akan menempati hati seorang mukmin, sebagaimana air dan api tidak akan menempati suatu wadah.”

8.     Sombong
Allah SWT berfirman, ”Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang sombong dan sewenang-wenang.” Hakikat kesombongan adalah melihat diri sendiri lebih tinggi daripada orang lain dalam sifat-sifat kesempurnaan. Di balik kesombongan terdapat tiga keburukan yang besar. Pertama, menyaingi Allah Ta’ala dalam sifat yang khusus bagiNya. Kedua, membawanya untuk menentang kebenaran dan memandang rendah orang lain. Ketiga, membuat penghalang antara dirinya dan seluruh akhlak terpuji. Pengobatan terbaik untuk menghilangkan keburukan sifat sombong adalah dengan mengenali diri sendiri yang awalnya adalah setetes mani yang menjijikkan, sedangkan akhirnya adalah bangkai yang busuk dan selama rentang waktu antara kedua hal tersebut dia hanya membawa kotoran.

9.     Bangga Diri
Allah SWT berfirman, ”Maka janganlah kamu merasa dirimu suci. Dialah yang paling tahu tentang orang-orang yang bertakwa.” (QS. An Najm: 32). Hakikat ujub (bangga diri) adalah pengagungan diri sendiri, khususnya yang berupa kenikmatan dan kepercayaan kepadanya dengan lupa menghubungkannya kepada Pemberi nikmat dan keamanan dari kehilangannya.

10.           Riya’
Dalam Al Qur’an Allah SWT telah menyampaikan, ”Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, dan orang-orang yang berbuat riya’.” (QS. Al Maaun: 4-6). Riya’ merupakan syirik terkecil. Hakikat riya’ adalah mencari kedudukan di hati orang lain melalui ibadah dan amal-amal yang baik, dan tidak ada yang berbuat riya kecuali enam kelompok. Pertama, riya’ dari segi badan. Kedua, riya dengan tingkah laku. Ketiga, riya dalam berpakaian. Keempat, riya’ dengan kata-kata. Kelima, riya dengan amal perbuatan. Keenam, riya dengan banyaknya murid, kawan, dan sering dikunjungi ulama atau penguasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar