Pengertian sombong yang sesungguhnya ialah mengingkari (menafikan) nikmat-nikmat Allah dengan tingkah membangkang perintah-perintahNya. Sombong terhadap manusia dapat diartikan dengan membangga-banggakan diri atas orang lain. Perilaku sombong merupakan cermin ego diri, merasa paling besar dan paling hebat di antara orang lain.
Islam memberikan solusi untuk menghancurkan sifat ego diri dengan ketakwaan, sebagaimana yang difirmankan Allah swt:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu.”(Al Hujurat: 13)
Oleh sebab itu, kemuliaan seorang manusia bukanlah terletak pada label-label keduniawian, seperti harta, tahta, keturunan, ataupun popularitas. Akan tetapi, sumber kemuliaan itu ada pada derajat ketakwaannya.
Sombong adalah penyakit jiwa akut yang dapat membinasakan pelakunya. Ia merupakan jalan menuju kekufuran dan datangnya laknat Allah. Betapa banyak contoh pelaku sejarah yang binasa akibat kesombongannya, seperti Fir’aun, Namrud dan Qarun. Bahkan, kesombongan jugalah yang menyebabkan iblis terusir dari surga karena tidak mau taat kepada perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam as.
Apabila hati manusia telah diliputi sifat sombong, maka kekufuran akan mewarnai hidupnya. Kemudian hati yang kufur akan melahirkan tindak kemaksiatan dan perilaku dosa. Sombong merupakan cermin nyata keingkaran, penolakan dan keangkuhan diri. Ia bertolak belakang dengan sujud yang merupakan cermin ketundukan dan kepatuhan serta kefokusan hati. Karenanya, sombong dan sujud tidak akan pernah bersatu di hati manusia.
Allah swt berfirman,
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (Ghaafir: 60)
“Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu.” (An nahl: 29)
Adapun faktor dominan pemicu kesombongan manusia adalah:
1. Ilmu
Ialah munculnya perasaan lebih mulia dari orang lain dan mendapat derajat di sisi Allah dikarenakan ilmunya. Kesombongan karena ilmu sering dipicu oleh dua hal:
1. Ilmu yang dipelajari bukan ilmu hakiki. Karena hakikat ilmu adalah mampu memperkenalkan manusia akan Rabbnya. Ilmu yang demikian akan melahirkan sikap tawadhu bukan takabbur. “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya, hanyalah ulama.” (Fathir: 28)
2. Keadaan hati yang kotor saat menuntut ilmu, sehingga salah niatnya, karenanya, ia sombong dengan ilmu yang didapatnya.
2. Amal ibadah
Seseorang yang memilih jalan hidup zuhud tidak otomatis terbebas dari penyakit sombong. Ia bisa saja merasa lebih mulia dan bersih dengan kezuhudannya.
Rasulullah saw bersabda, “Jika kamu mendengar ada orang yang berkata : “Binasa semua manusia”, maka dialah yang paling dahulu binasa.” (HR. Muslim)
3. Kedudukan dan Keturunan
Seseorang yang merasa berasal dari keturunan terhormat, akan menganggap dirinya layak untuk dijunjung dan dihormati. Padahal Rasulullah saw melarang perbuatan ini.
4. Kelebihan fisik
Sombong karena ketampanan atau kecantikan, sehingga ia cenderung mencela dan menggunjing kekurangan pihak lain.
5. Harta Kekayaan
Orang-orang yang merasa lebih kaya cenderung meremehkan orang-orang miskin, baik dengan ucapan maupun sikapnya.
6. Kekuasaan
Kekuasaan sering mendatangkan kesombongan dan keangkuhan atas mereka yang lemah dan tidak berdaya.
7. Pengikut atau Pendukung
Misalnya seorang pejabat yang sombong karena banyak massanya, atau seorang guru yang sombong karena banyak muridnya.
Di antara tanda sombong adalah sulit menerima pendapat dan pandangan orang lain, mudah marah, memilih-milih kawan, suka meninggikan suara saat berbicara, sulit memberi maaf dan jika ia salah sulit untuk meminta maaf, gila dihormati dan dipuji, gampang mendendam, tidak bisa menghargai jasa baik orang lain, tidak pandai mensyukuri nikmat Allah, dan sebagainya.
Manusia yang sombong akan dijauhkan dari cahaya petunjuk Allah. Nilai kemanusiaannya akan jatuh ke level paling rendah, serta semua laku perbuatannya jauh dari berkah. Mereka akan menjadi manusia yang paling hina di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu, bersikaplah rendah hati, agar cahaya keimanan memenuhi hati, sehingga jauh dari tipu daya setan.