Minggu, 03 Juli 2011

CINTA DUNIA



            Allah swt telah mengingatkan kita dalam firmanNya:
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. sampai kamu masuk ke dalam kubur. janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim. dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (At Takatsur: 1-8)
            Rasulullah saw menuturkan perihal dunia seisinya:
“Dunia ini penuh laknat, dan terlaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali apa-apa yang diperuntukkan untuk Allah.” (HR. Al-Tirmidzi)
            Dunia seisinya memberikan kesenangan dan kebahagiaan semu yang menipu akal pikir manusia. Ia menjadi sebab utama kelalaian hati manusia kepada Allah, serta faktor utama kesengsaraan manusia. Lantas logiskah manusia yang mengaku beriman kepada Allah merasa nyaman hidup dalam kehidupan ini dan menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya? Hanya orang-orang yang tak berilmu dan berlumur syahwatlah yang menganggap dunia yang pasti binasa ini sebagai sumber kebahagiaan dan kemuliaan abadi. Tidak ada yang menjadi fokus kematian semasa hidupnya selain urusan duniawi, sehingga apabila ajal kematian menjemputnya, ia baru merasakan penyesalan tak terperikan.
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.” (Al Mukminun: 99-100)
            Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memulai harinya dengan himmah (cita-cita besar) ingin merengkuh dunia. Maka ia tidak mendapatkan suatu apapun dari Allah. Dan Allah akan mengisi hatinya dengan empat perkara. Kemaruk dunia yang tak terputus sepanjang hidupnya. Kesibukan yang tiada pernah habis sepanjang hiudpnya. Belitan kemiskinan sepanjang hidupnya dan cita-cita yang tidak akan pernah sampai selama hidupnya.” (HR. Al-tabrani)
            Oleh sebab itu, niatkanlah semata-mata obsesimu demi Allah, niscaya dunia akan mendatangi dirimu. Cinta dunia hanya akan mematikan cahaya hati, dan jika cahaya hati itu redup, maka jiwa akan keruh, semua perilaku berlumur maksiat dan dosa.
Zuhud dalam Kehidupan Dunia
            Pengertian zuhud dalam pandangan Islami, ialah tidak menjadikan dunia dan segala kemewahannya sebagai pengendali hati. Zuhud adalah laku hati yang menyeimbangkan (sinergi) urusan dunia dengan urusan akhirat, sehingga mewujudkan keseimbangan antara laku lahir dengan laku batin.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Thaha: 124-125)
Rasulullah saw tidak antipati terhadap dunia. Beliau juga tidak menyuruh umatnya menempuh jalur kependetaan. Rasulullah saw sangat peduli dengan urusan sandang, pangan dan papan dalam menjalani kehidupannya. Rasulullah saw senantiasan menjaga penampilannya dengan mengenakan pakaian terbagus, paling bersih  dan paling enak dipandang, serta menjaga kebersihan tubuhnya.
Dalam pandangan kebanyakan orang, kezuhudan identik dengan kehidupan miskin. Padahal ajaran Islam membolehkan ummatnya berusaha menjadi kaya, selama hal itu diniatkan untuk ibadah, dan tidak menyebabkan keberpalingan dari jalan Allah.
Maka, yang menjadi perhatian Islam adalah cara menyikapi dunia bukan dunia itu sendiri. Harta dalam pandangan Islam merupakan modal utama untuk investasi akhirat. Hidup boleh berkecukupan materi, tetapi hati selalu ingat Allah dan senantiasa di jalur ketaatan. Sebagaimana doa yang diajarkan Allah dalam firmanNya:
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat.” (Al Baqarah: 201).




           
           
           
           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar